Jumat, 11 Juli 2014

By Ahmad Shofin Nuzil, SH


Asas-asas hukum acara Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Bruggink memberikan definisi asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat didalam dan di belakang sistim hukum masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan perundang-undangan dan putusan-putusan Hakim, yang berkenaan dengannya ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individual dapat dipandang sebagai penjabarannya.Asas-asas hukum yang terdapat dalam hukum acara PTUN adalah :1.      Asas Praduga Rechtmatig. Dengan asas ini setiap tindakan pemerintahan selalu dianggap rechtmatig sampai ada pembatalan. 2.      Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang dipersangkakan, kecuali ada kepentingan yang mendesak dari penggugat (pasal 67 ayat (1) dan ayat (4) Huruf a Undang-undang No. 9 Tahun 2004). 3.      Asas para pihak harus didengar (Audi Et Alteram Partem). Para pihak mempunyai kedudukan yang sama dan harus diperlakukan dan diperhatikan secara adil. 4.      Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis baik dalam pemeriksaan di peradilan (JudexFacti), maupun kasasi dengan M.A. sebagai puncaknya. 5.      Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari segala macam campur tangan kekuasaan yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung bermaksud untuk mempengaruhi keobjektifan putusan pengadilan (pasal 24 UUD 1945 Jo. Pasal 4 Undang-undnag No. 14 tahun 1970). 6.      Asas peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Sederhana adalah hukum acara yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. 7.      Asas Hakim aktif. Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap sengketa, hakim mengadakan rapat permusyawaratan apakah gugatan dinyatakan diterima, tidak diterima, tidak berdasar, dan kurang jelas, sehingga penggugat perlu/bisa melengkapinya. 8.      Asas sidang terbuka untuk umum. Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum (pasal 18 Undang-undnag No. 14 Tahun 1970 Jo. Pasal 70 undang-undang Pengadilan Tata Usaha Negara). 9.      Asas peradilan berjenjang. Jenjang peradilan dimulai dari tingkat terbawah yaitu, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), dan puncaknya adalah Mahkamah Agung. Dengan dianutnya asas ini, maka kesalahan dalam putusan pengadilan yang lebih rendah dapat dikoreksi oleh pengadilan yang lebih tinggi. 10.  Asas pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan. Sengketa Tata Usaha Negara sedapat mungkin terlebih dahulu diupayakan penyelesaiannya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat bukan secara konfrontatif. Apabila musyawarah tidak mencapai mufakat, maka barulah penyelesaian melalui PTUN dilakukan. 11.  Asas objektifitas. Hakim atau panitera wajib mengundurkan diri apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami-isteri meskipun telah bercerai dengan tergugat, penggugat, atau penasehat hukum atau antara hakim dengan salah seorang hakim atau panitera juga terdapat hubungan sebagaimana yang disebutkan diatas, atau hakim maupun panitera tersebut mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan sengketanya. Hal ini untuk tercapainya putusan yang adil (pasal 78 Jo. 79 Undang-undang PTUN). Asas-asas di dalam Hukum Administrasi Negara Bahwa hal-hal yang sama harus diperlakukan sama, salah satu asas hukum yang paling mendasar dan berakar di dalam kesadaran hukum. Asas persamaan memaksa pemerintah untuk menjalankan kebijaksanaan. Tujuan aturan-aturan kebijaksanaan ialah menunjukkan perwujudan asas perlakuan yang sama atau asas persamaan. Bila suatu badan pemerintah atau seorang pejabat yang berwenang bertindak atas nama pemerintah itu memberikan janji kepada masyarakat, asas kepercayaan menuntut supaya badan pemerintahi tu (antara lain pada pelaksanaan suatu wewenang memberikan ketetapan) terikat pada janjinya. Asas kepastian hukum memliki dua aspek, yang satu lebih bersifat hukum materiil, dan yang lain lebih bersifat formil. Aspek hukum materiil berhubungan erat dengan asas kepercayaan.Dalam banyak keadaan, asas kepastian hukum menghalangi badan pemerintah untuk menarik kembali suatu ketetapan atau mengubahnya untuk kerugian yang berkepentingan. Dalam praktik dapat dipakais ebagai pedoman bahwa suatu ijin, persetujuan, pembayaran, atau subsidi yang telah diberikan, tidak dapat ditarik kembali.Suatu keputusan harus dipersiapkan dan diambil dengan cermat. Asas ini mensyaratkan agar badan pemerintahan sebelum mengambil suatu ketetapan, meneliti semua fakta yang relevan dan memasukkan pula semua kepentingan yang relevan kedalam pertimbangannya.e.       Asas pemberian alasan Suatu keputusan harus dapat didukung oleh alasan-alasan yang dijadikan sebagai dasar, dapat dibedakan menjadi tiga macam :1.      Suatu ketetapan harus diberi alasan. 2.      Ketetapan harus memiliki dasar fakta yang kuat. 3.      Pemberian alas an harus cukup dapat mendukung. f.       Asas larangan penyalahgunaan wewenangSuatu wewenang tidak boleh digunakan untuk tujuan lain selain untuk tujuan ia diberikan, pada umumnya penyalahgunaan wewenang juga akan bertentangan dengan suatu aturan perundang-undangan. Disamping beberapa asas diatas, menurut Prof. Kuntjoro Purbopranoto mengemukakan tigabelas asas dalam pemerintahan yang baik :1.      Asas kepastianhukum (Principle of Legal Security) 2.      Asas keseimbangan (Principle of Proportionality) 3.      Asas kesamaan (Principle of Equality) 4.      Asas bertindakcermat (Principle of Carefuleness) 5.      Asas motivasiuntuksetiapkeputusan (Principle of Motivation) 6.      Asas jangan mencampuradukkan kewenangan7.      Asas permainan yang layak (Principle of fair Play) 8.      Asas keadilan atau kewajaran9.      Asas menanggapi pengharapan yang wajar10.  Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal11.  Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara hidup) pribadi13.  Asas penyelenggaraan kepentingan umum. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar